Mana yang paling mudah dilakukan; berbicara atau mendengar? Bagi sebagian orang, dua hal itu mampu mereka lakukan sama baiknya. Sementara sebagian yang lain tidak. Yang satu mengaku, lebih senang berbicara dari pada mendengar. Bagi di ngomong berja-jam itu gampang, tapi mendengar itu melelahkan dan menyiksa diri. Yang lain lebih suka mendengarkan, meski harus memiliki kesabaran tinggi. Maklum, ia selalu takut keliru bicara atau khawatir omongannya disalahartikan.
Sejarah peradaban memberi kita banyak guru untuk belajar dan mengartikan apa itu mendengar. Leslie H. Farber, psikolog terkenal AS yang bukunya menjadi kajian dunia ilmu psikologi terapan selama puluhan tahun, The Ways of Will, punya pandangan menarik. Bagi Farber mendengar itu tidak hanya berarti mengunci mulut, lantaran menyimak obyek yang didengarkan. Mendengar menuntun sesuatu yang lebih. Yakni kemampuan untuk mengikuti secara imaginatif sekaligus mengenal adanya "bahasa" lain. Sesungguhnya dalam aktivitas mendengar itu kita berbicara dengan kata-kata lain. Bagaimana kita bisa mengartikan "makan" tapi bukan karena "lapar"; "going to bed" tapi bukan "sleeping"; "membaca" tapi tidak untuk "memahami"; "religius" tapi bukan "agama".
Guru lain yakni J. Krisnamutri mengatakan hal yang tidak jauhg berbeda. Apabila kita memperhatikan omongan seseorang dengan saksama, maka kita tidak hanya mendengar kata dan kalimat yang terucap melainkan juga perasaan dan pesan yang dibawa lewat kalimat-kalimat tersebut.
Selain itu kita pun layak belajar pada mantan aktor populer, Cristopher "Superman" Reeve. Meskipun menderita lumpu dari kecelakaan jatuh dari kuda, sampai akhir hayatnya Reeve tetap berjuang agar hidupnya tetap punya arti dalam masyarakat. Coba dengar apa pesanya dalam menjalani hidup, "Kita semua memiliki suara hati yang akan berbicara bila diberi kesempatan. Terkadang suara itu mudah didengar, meski tak jarang harus mengecilkan volume suara-suara disekitar yang menggangu. Suara itu akan memberitahu apakah hidup kita sudah dijalur yang benar. Mengingat apakah selama ini kita sudah "memberi" sama banyaknya dengan jumlah yang kita "ambil". Apakah selama ini kita mau mendengarkan orang lain, menerima perbedaan pendapat bahkan pendapat itu bisa kita jalani."
No comments:
Post a Comment