Tuesday 24 November 2009

Meningkatkan Potensi Biofuel Sebagai Sumber Energi Terbaru

Kebutuhan energi dunia hingga detik ini cenderung didominasi oleh bahan bakar fosil. Makin maraknya penggunaan mesin industri dan transportasi penunjang perekonomian dunia yang menggunakan minyak bumi sebagai bahan bakar penggeraknya, menjadi faktor pendorong konsumsi bahan bakar fosil yang makin tinggi. Energy Information Administration (EIA) memperkirakan pemakaian energi dunia hingga tahun 2025 akan masih didominasi bahan bakar fosil yakni minyak, gas alam dan batubara. Padahal minyak bumi, gas alam dan batu bara adalah sumber energi yang tidak dapat diperbaharui (non renewable energy), yang jika dieksploitasi terus menerus lama kelamaaan akan habis. Aktivitas produksi dan konsumsi energi masyarakat dunia yang terus meningkat dipicu dengan modernisasi, pembangunan di segala bidang serta eksploitasi sumber daya alam yang terus menerus dipastikan akan mempengaruhi kelanjutan pembangunan pada masa yang akan datang, sehingga suatu saat dunia terancam mengalami krisis energi jika tidak dimaksimalkan pemanfaatan sumber energi alternatif baru. Saat ini sedang digalakkan pencarian sumber energi lain atau sumber energi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan juga dapat diperbaharui (renewable energy), akibat terlalu banyaknya emisi pembakaran bahan bakar fosil yang mencemari atmosfer.

Data Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia menyebutkan bahwa cadangan minyak bumi Indonesia hanya cukup untuk 18 tahun ke depan, cadangan gas bumi mencukupi untuk 61 tahun ke depan dan cadangan batu bara akan habis dalam waktu 147 tahun lagi. Yang menjadi masalah, tingkat ketergantungan terhadap BBM masih cukup tinggi. Pertumbuhan konsumsi BBM untuk sektor transportasi tetap tinggi, dengan laju pertumbuhan 21% di triwulan pertama 2008. Konsumsi BBM untuk bahan bakar pembangkit listrik pun masih cukup besar (23%) dan mengambil porsi pembiayaan yang terbesar dari keseluruhan biaya pembangkit PT PLN (persero). Pengembangan energi terbarukan, terutama bio-fuel untuk sektor transportasi dan panas bumi untuk pembangkit listrik, mutlak diperlukan untuk menegah adanya krisis energi di kemudian hari.

Biofuel dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam, yaitu biodiesel untuk pengganti solar, bioetanol sebagai pengganti premium, biooil sebagai pengganti minyak tanah dan bakar serta biogas sebagai pengganti minyak tanah. Dari keempat macam bo-fuel, bioetanol dan biofuel sudah mulai dimanfaatkan, seperti Biodiesel B10 (10 % biodiesel dicampur dengan 90% minyak diesel) dan Bioetanol Gasohol – E10 (10 % bioetanol dicampur dengan 90% premium).
Biodiesel mempunyai sifat fisik dan kimia yang hampir sama dengan minyak solar. Hal inilah yang menyebabkan biodiesel dapat digunakan dalam mesin diesel baik secara langsung ataupun dicampur dengan solar. Biodiesel mengandung sejumlah panas BTU sama dengan minyak solar (118.000 vs 130.500 BTU per gerakan yang sama dengan kinerja mesin dengan torsi dan tenaga kuda).
Bahan baku Biodiesel dapat berupa minyak nabati maupun hewani, seperti jarak kaliki, jarak pagar, kapok/randu, karet, kecipir, kelapa, kelor, kemiri, kusambi, nimba, biji bunga matahari dan sawit.

Proses produksi biodiesel dibagi dalam 2 tahap. Tahap pertama adalah pembuatan biodiesel melalui proses transesterifikasi yaitu menggunakan alkohol dan katalis untuk mengubah asam lemak tak jenuh dalam minyak nabati menjadi asam lemak jenuh. Prinsipnya adalah mereaksikan triglyceride dengan alkohol (methanol) dengan bantuan katalis menjadi biodiesel (metil ester) dan gliserol. Tahap kedua adalah proses pemurnian biodiesel. Produk dari reaksi transesterifikasi adalah gliserol dan alkil ester (biodiesel). Gliserol dan alkil ester yang terbentuk ini merupakan immisible liquid sehingga gliserol yang terbentuk akan berada pada bagian bawah dan alkil ester (biodiesel) akan berada pada bagian atas, sehingga antara gliserol dan alkil ester (biodiesel) ini akan mudah dipisahkan.

Kelebihan biodiesel sebagai sumber energi alternatif adalah karena ia merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan (bebas sulfur), memiliki cetane number lebih tinggi (>60) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik, memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin, biodegradable, merupakan renewable energy, meningkatkan independensi supply bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal dan terpenting tidak perlu mengganti mesin baru (modifikasi) untuk bisa memakai bahan bakar biodiesel.

Di sisi lain biodiesel memiliki beberapa kekurangan, yaitu bahan baku pembuatan nya mahal, energi yang dihasilkan lebih rendah dari minyak solar dan menghasilkan jelaga pada proses pembakaran yang dapat merusak mesin jika proses pemisahan biodiesel dan gliserol kurang sempurna.

Aplikasi biodiesel antara lain di bidang transportasi (B10 dan B20) dan sebagai bahan bakar di industri.

Selain biodiesel, bioetanol adalah bahan bakar non fosil yang cukup potensial mengingat banyak keuntungan yang diperoleh dengan adanya penggunaan energi alternatif ini.

Dalam kondisi harga BBM yang cenderung naik turun tidak menentu, bioetanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang biaya produksinya sama atau bahkan cenderung lebih murah dibandingkan bensin tanpa subsidi. Bahan bakunya pun mudah diperoleh dan relatif murah, yaitu limbah pertanian yang tidak bernilai ekonomis dan berasal dari hasil pertanian budidaya yang dapat diambil dengan mudah.. Semua bahan yang mengandung selulose dapat digunakan sebagai bahan baku bioetanol, seperti tetes, singkong, beras, jagung, kayu, dll. Etanol dapat dihasilkan dari fermentasi glukosa dengan bantuan mikroorganisme. Reaksi fermentasi disebabkan oleh bakteri atau yeast yang hidup dengan glukosa. Fermentasi adalah proses yang berlangsung dalam keadaan anaerob dimana proses ini tidak melibatkan serangkaian trasfer elekrton yang dikatalis oleh enzim yang terdapat dalam membran sel. Saccharomyces cerevisiae merupakan organisme yang paling sering digunakan dalam fermentasi etanol. Fermentasi etanol sangatlah bergantung pada keunggulan dari mikroorganisme yang digunakan dan dalam industri etanol, mikroorganisme inilah yang paling sering digunakan termasuk industri etanol di Indonesia.

Kelebihan bioetanol adalah sifatnya yang renewable karena berasal dari biomassa , ramah lingkungan dan dapat mengurangi laju pemanasan global karena memiliki kadar emisi gas buang yang rendah, dapat mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi, memiliki angka oktan tinggi sehingga dapat menggantikan fungsi bahan aditif seperti MTBE, TEL dan timbal pada bensin yang bersifat karsinogenik, tidak menambah CO2 (netto) dan dapat bersaing kompetitif terhadap harga bensin tanpa subsidi. Sedangkan kekurangan dari bioetanol antara lain karena penggunaannya harus disertai penyesuaian infrastruktur mesin, produksi secara besar-besaran menyebabkan penurunan keanekaragaman hayati dan merusak kualitas lahan serta ada kemungkinan timbul karat dalam tangki pada penggunaan campuran bioetanol dan bensin.

Aplikasi bioetanol cukup luas, antara lain E5, E10 (mesin bensin), E85 ( mesin F1), dan sebagai feedstock di industri kimia (non-energi).
Peran biofuel diharapkan semakin nyata untuk menggantikan peran bahan bakar fosil yang kian lama kian menipis untuk mengantisipasi krisis energi di kemudian hari. Pemerintah bersama seluruh warga, hendaknya lebih memasyarakatkan dan memaksimalkan biofuel sebagai sumber energi alternatif yang terbukti lebih ekonomis dan ramah lingkungan dibandingkan bahan bakar fosil, terlebih di saat ini saat harga minyak dunia masih tidak menentu.

Referensi :
  • www.ristek.go.id/faq_files/biodisel.pdf
  • www.asiabiodieselboard.com
  • http://www.eia.doe.gov/
  • www.vermontbiofuels.org
  • puregreencars.com
  • commonsenselogic.blogspot.com
  • id.wikipedia.org/wiki/Biofuel - 61k
  • www.geocities.com/markal_bppt/publish/biofbbm/biraha.pdf
  • www.geocities.com/markal_bppt/publish/biofbbm/biindy.pdf


No comments:

Post a Comment

News :